Wednesday, August 15, 2007

Ijtima' para ahlul fikr


Masya Allah, panas sekali


Sedang antri


Mo wudlu dulu, ya syech


Ini....sipa, ya?


Enaknya kumpul bersma sahabat


Gambar ini saya dapat dari Mas Adit yang sempat ambil gambar di ijtima' Ancol 1 minggu yll

Gambar-gambar tentang Ijtima' BSD Serpong Juli 2009 ada di sini...

Video Ijtima' BSD Serpong Juli 2009 juga ada di sini...

Karena Filsafat, Socrates Mati Minum Racun
Sebuah Renungan Bagi Akal



Pernah mendengar nama Socrates? Ya. Dia adalah Bapak Filsafat yang menakhiri hidupnya dengan racun karena menetapi prinsipnya tentang panas dan tidak pantas, tentang bersalah dan tidak bersalah, bijak dan tidak bijak menurut pemahaman dan kontemplasi diri-sendiri, serta permenungan dengan kawan-kawan filsafatnya.
Mengapa Socrates sampai harus mengakhiri hidupnya sendiri? Dia dipenjarakan atas tuduhan meracuni pemikiran para pemuda dan konsekuensinya dia harus minum racun untuk membuktikan kalau dirinya tidak bersalah. Sungguh sebuah tragedi kepahlawanan dari seorang tokoh yang hebat menurut para pembela dan pendukungnya. Benarkah ini satu-satunya jalan untuk membuktikan kebenaran?
Ia sebenarnya memiliki derajat dalam masyarakat meski ia menghindari politik karena dianggap akan mengganggu missi keruhaniannya. Dalam jabatan yang dipegangnya ia selalu bersikap berani dan terkadang berdiri sendiri mempertahankan apa yang dianggapnya sebagai tindakan yang benar.Contohnya antara lain saat ia menentang sendirian proposal terhadap para pemenang Arginusae pada tahun 406 s.M. Dua tahun kemudian ia menunjukkan pembangkangan terhadap Tirani Tigapuluh selama masa pemerintahan teror mereka.
Dakwah Socrates yang dilakukan secara ekstensif serta sikapnya yang berprinsip jadinya dianggap mengganggu oleh negara Yunani yang kemudian menangkapnya pada tahun 399 s.M. Yang menjadi pendakwanya adalah Meletus (seorang penyair), Anytus (politisi) dan Lycon (orator). Tuduhannya adalah,Socrates telah bersalah karena tidak mengakui dewa-dewa kota, mengakui adanya sembahan lain dan mencoba memperkenalkan kekuasaan lain. Ia juga telah merusak generasi muda.’ (Freeman, h.267)
Menurut penuturan Plato, Socrates menolak memberikan argumentasi rhetorikal untuk membela dirinya dan menggunakan cara yang lebih santun.
Menurut apologi Plato, ia mengawali pembelaan dirinya dengan kata-kata berikut:
Kalau begitu aku harus mengajukan pembelaan diri dan mencoba menjernihkan fitnah yang sudah berlangsung lama atas diriku. . . Dan dengan menyerahkan segala sesuatu kepada Tuhan, sesuai dengan kepatuhan kepada hukum, aku sekarang akan mengajukan pembelaan diriku.’ (Apology,19a)
Sebenarnya ia mempunyai kesempatan untuk mendapatkan hukuman yang lebih ringan tetapi ia menolak dan lebih mempertahankan pendapatnya. Ia sepertinya mengabaikan kedatangan maut dan bahkan menyatakan bahwa ia akan pergi ke suatu tempat yang lebih baik. Ia kemudian divonis mati dan setelah beberapa hari di penjara, ia dipaksa meminum racun yang membawa kematiannya.
Entah di mana letak kebijakan Socrates dengan ia memilih minum racun. Sudahkan dia buat penjelasan dan pengajaran bagi para pemimpin akan arti sebuah filsafat? Sudahkan dia membuat pengajaran kepada khalayak ramai akan arti sebuah kebenaran filsafat? Apakah begitu tiraninya para penguasa Yunani masa itu sehingga negeri yang memuja “Dewa Kebijakan”, “Dewa Ilmu” dan ribuan dewa-dewi baik, itu begitu membutakan mata terhadap penindasan bagi sebuah kebebasan berfikir? Entahlah, kita tidak tahu pasti tentang apa yang terjadi di tahun 399 S.M silam.
Penulis, karena hanya empat tahun belajar filsafat, hanya berasumsi kalau filsafat sebenarnya hanyalah sebuah ilmu yang mengantarkan manusia kepada kebingungan belaka; karena akan menggiring kita untuk selalu bertanya; bahkan sampai menanyakan perkara yang sudah jelas kebenarannya , yakni dogma Agama seperti Qur’an dan Al- Hadist. Bahkan kadang sampai menanyakan perkara-perkara yang sebenaranya tidak bisa dijangkau oleh akal; karena memang seharusnya dijangkau dengan iman dan keyakinan.
Tahukah Anda tentang JIL? Mereka adalah kelompok para “cendikiawan Muslim”, ada yang alumni pondok pesantren, yang bingung terhadap eksistensi diri dan Allah karena terlalu banyak berfikir dengan akal yang sangat terbatas ini. Bagiamana mana akal yang sangat terbatas ini mempertanyakan eksistensi Allah Yang Maha Luas ilmu-Nya. Ilmu manusia dibandingkan dengan ilmu Allah hanyalah sebatas satu tetes air yang jatuh dari kelingking yang dicelup dalam samudera yang maha luas.
Pantaskah manusai yang sangat bodoh, lemah lagi aniaya ini mempertanyakan kebenaran dan keadilan ilmu Allah , kejujuran rasulullah SAW maupun para sahabat, para tabi’in dan para pengikut mereka yang mengikut dengan baik?
Sayidina Umar R.A berkata perkataan “Aku tidak tahu” adalah bagian dari ‘ilmu. Dan memang 80% perkara di dunia ini saja manusai tidak mengetahuinaya; apalagi perkara-perkara sebelum dan sesudah hidup?
Co gito ergo sum seharusnya diartikann“dengan panca indera; saya semakin tahu kalau saya tidak akan ada nilainya di depan Allah tanpa iman, taqwa dan amal kebajikan mengikut Nabi Muhammad SAW (ma’af bagi yang tidak beriman pada kerasulan Muhammad SAW; silahkan kembali pelajari dan tela’ah Kitab Suci Anda).



Ditulis Oleh Agus Bagyo, Alumnus Fakultas Sastra dan Filsafat UNS, Surakarta

....baca renungan sebelumnya

3 Komentar:

Blogger Pak Faizal berkata...

"Assalamualaikum wr.wb .fotonya mas agus disini yang mana ya? apa yang menunduk ngantuk itu?hi..hi..Just kidding..:)"

@ August 18, 2007 at 8:53 AM  
Blogger Unknown berkata...

"Assalamualaikum wr.wb . setelah membaca tulisan saudara saya hanya bisa mengatakan terlalu naif kita mempertanyakan socrates dengan landasan kaidah kita. seperti kita mempertanyakan kenapa orang dulu pergi ke tanah suci menggunakan kapal laut padahal pesawat lebih cepat. beda masa.
bagaimana jika memang minum racun adalah satu2nya cara mempertahankan integritas diri pd masa itu, seperti kita jihad yang tidak bisa dipahami oleh orang lain?
yang kita ambil pelajarannya adalah kuatnya mempertahankan integritas diri itu bukannnya cara mempertahankannya, pada masa itu.
juga saya tidak setuju dgn belajar filsafat hanya membuat bingung. filsafat membuat kita belajar berpikir terbuka, menerima semua perbedaan sebagai sebuah warna dari kehidupan, untuk apa Allah SWT memberikan kita otak jika bukan untuk digunakan?
"Karena Filsafat, Socrates Mati Minum Racun
Sebuah Renungan Bagi Akal"?? akal adalah ego, ego tak dapat memilah. coba renungkan dengan hati, hati adalah satu2nya di dalam kerajaan besar tubuh yang masih bisa kita percaya untuk adil...
Wassalamualaikum wr wb"

@ June 2, 2009 at 3:52 AM  
Blogger riky berkata...

"Assalamualaikum wr.wb
klw sy pkir2 lg, sebenarnya kt bs mengatakan bahwa 'tuhan' itu ga da, dan tuhan itu sudah sy 'BUNUH'.
"LAILLAHAILLALLAH" (tiada tuhan selain Allah).
berarati tuhan itu ga da.
jd anda jangan pernah tkut tuk menulis/mengatakan Allah.
krn dr beberapa tulisan anda, ada yg tertulis tuhan, tp penempatanya tidak tepat.
Wassalam."

@ July 21, 2009 at 10:58 AM  

Post a Comment

<< Home