Thursday, January 28, 2010

mo nulis apa ya?

Modernisasi atau Westernisasi


Sesungguhnya Allah telah ciptakan manusia dengan berbagai perbedaannya. Ada laki-laki ada pula wanita. Mereka yang berlainan jenis itupun berbicara dalam berbagai bahasa ibu, dengan berbagai dialek atau logat, aksen yang berbeda. Perbedaan itu terjadi karena mereka juga dilahirkan oleh orang yang bersal dari berbagai suku yang berbeda ang tinggal di tempat, wilayah, negara atu benua yang berbeda.
inilah yang membuat manusia penuh denan keberagaman.
Perbedaan atau keberagaman itu dari masa ke masa semakin beraneka; dan kadang menimbulkan masalah-masalh bagi manusia itu sendiri dalam berinteraksi. Namun begitu, dengan perkembnaan zaman hambatan seiring dengan pesatnya kemajuan IPTEK dalam berbgai ranah kehidupan membuat kesulitan dalam interaksi itu bisa diatasi.
Bnayak kebaikan-kebaikan yan bisa diperoleh karena sarana yang meudahkan manusia dalam interaksi itu kadang membawa dampak buruk; terutama akibat percampuran ataupun penyerapan budaya. Karena dalih modernisasi budaya dan segenap aspek kehidupan, kadang dalam menyerap budaya asing (barat kita tidak sadar mengekor Barat; istilah modernisasi kadang lebih cenderung kepada westernisasi segenap aspek kehidupan.
Westernisasi sudah mendominasi bagsa Indonesia. Dengan kedok modrenitasi ia telah mencengkaram kehidupan masyarakatnya. Bahkan, ketika bagsa ini sedang diliputi banyak permasalahannya tidak sedikit kaum intelektualnya menebar wacana kebarat-baratan untuk menyelesaikan berbagai persolan bangsa ini.
Wacana membebek barat, salah satunya kentara dalam pendekatan wacana Daoed Joesoef, mantan menteri Pendidikan dan Kebudayaan Kabinet Pembangunan III 1978-1983 itu mengembangkan wacana yang menunjukan ketidak arifanya dalam menyikapi masalah bangsa ini. Ia menilai salah satu masalah bangsa yang mayoritas penduduknya muslim ini adalah integritas. Integrisme bisa mereduksi ilmu pengetahuan karena hanya akan menghasilkan nilai pseudo ilmiah belaka yang disebutnya sebagai religio vera (Kompas, 15/08/2007) Ia menganalisis akar kekerasan di timur tengah sebagai akibat nilai integritas agama dengan kehidupan bernegara yang gagal. Doed tampaknya berfikir dangkal. Dia menuduh persolan timur tengah muncul karena sikap pan arabisme. Dia tidak melihat persoalan ini secara holistik. Padahal masalah timur tengah adalah reaksi yang muncul karena ketidak adilan sistem yang dipaksakan oleh negara lain (baca barat). Lihat saja masalah Palestina, logika mana yang membenarkan ketika Amerika mengusulkan pemilu demokratis, kemudian dilaksanakan dan Hamas memenagkannya, Amerika malah memboikot Hamas sebagai pemenang yang sah dalam pemerintahan Palestina. Tampaknya Daoed, di sini telah melacurkan wacanannya dengan mengekor konsep barat yang hanya bertumpu pada ilmu pengathuan saja.
Lihat juga masalah terpuruknya dunia pendidikan, wacana yang dikembangkan adalah pendidikan yang andradogi tetapi mengacu sistem barat. Namun apa daya, model ini hanya menghasilkan keterampilan belajar saja tanpa memiliki nilai utuh kemanusiaan. Kurang maju apa dunia pendidikan barat, tapi ternyata dekandensi moral masyarakatnya luar biasa:pelacuran, sex bebas, narkoba, miras dan laian-lain ada dimana-mana.
Masih banyak sikap-sikap westernisasi lainnya yang telah salah kaprah diambil oleh kaum intelektual indonesia. Mereka langsung mengambil dan take for granted segala ilmu pengetahuan yang berkembang di barat. Tapi apa lacur, barat sendiri banyak kebohongannya sebagaimana bohongnya penyokong terori darwin tentang asal usul manusia. Untuk itu masyarakat Indonesia harus hati-hati dan berusaha belajar mandiri. Modernitas tidak harus berarti westernisasi.



uhh...ga ada ide...masih ga mood nulis, tapi musti nulis buat Majalah Sekolah. Lemah iman lemah amal....